
Gini ya, zaman sekarang tuh udah bukan waktunya mikir kayak orang tahun '90-an yang takut sama teknologi. Pertanyaannya, “Apakah barang analog bisa dianalisis lewat digital?” Jawaban gua cuma satu: BISA BANGET.
Lu punya kaset lawas? Suara rekaman bapak waktu nyanyi di kawinan tahun '95? Foto jadul tante lu waktu masih punya alis? Semua itu, asal ada alatnya, bisa masuk dunia digital dan dianalisis sedalam-dalamnya, sampai ketahuan tuh suara cempreng atau fotonya ada mantan yang harus di-crop!
Analog vs Digital: Jangan Dibentur-Benturin?
Analog itu kayak realita sebelum disaring. Suara, suhu, cahaya—semua bentuk energi yang mengalir terus menerus. Nah, digital? Dia tukang nyatet. Dia masukin semua itu ke angka-angka biar bisa disimpan, diolah, diulang, dan (ini yang penting) diacak-acak sesuai keinginan kita.
Contoh gampang:
- Suara analog dari mic bisa direkam laptop, masuk software, terus dipelintir jadi autotune ala TikTok.
- Termometer rakitan jadul bisa dihubungkan ke sensor digital. Biar kalau lu demam, yang panik duluan bukan emak lu tapi aplikasi.
- Foto lawas dari album analog bisa discan, diwarnai ulang pakai AI, bahkan diedit biar mantan kelihatan blur.
Caranya Gimana? Simpel, Asal Mau Repot
Yang penting ada alat konversi analog ke digital. Mic → audio interface. Foto → scanner. Termometer → sensor digital. Dari situ, dunia digital terbuka lebar: lo bisa analisis, bandingkan, edit, olah, dan kadang bikin karya baru dari barang lama.
Lu pikir AI kerja pakai sihir? Enggak, dia cuma butuh input. Dan input itu bisa dari mana aja, termasuk barang-barang analog penuh nostalgia yang lo kira udah basi.
Jadi Kesimpulannya?
Barang analog itu bukan musuh digital. Justru dia bahan mentah paling murni yang bisa lo sulap jadi karya, data, atau kenangan versi upgrade. Yang gaptek itu bukan barangnya. Yang gaptek itu ya... ya elu kalau males belajar. 😏
Gambar kamu bawa cerita. Barang analog bawa sejarah. Tinggal lo mau ngapa-ngapain mereka di dunia digital. Jangan cuma disimpan, diolah dong, bos!
Ditulis oleh — Aerkha untuk Jurnal Aerkha
di Blog Gigend
menu lainnya ...
Komentar
Posting Komentar