[ 📰 Warta Internet / Otaku Culture ] Editor Vinland Saga, Bolehkan Pembajakan, Kalau Tidak Punya Uang
"Pembajakan diperbolehkan untuk saat ini," kata Akira Kana, editor Vinland Saga. Kok bisa, kenapa tuh kira-kira?
Halo, teman-teman semua! Kali ini ada rangkuman berita menarik tentang industri manga. Akira Kanai, editor dari manga terkenal "Vinland Saga", baru-baru ini diwawancara oleh media Manga Passion, berbagi pandangannya tentang pentingnya pertukaran budaya dalam industri manga dan kontroversi seputar pembajakan.
Dalam sebuah wawancara terbaru, Akira Kanai, editor manga terkenal yang menggarap karya-karya besar seperti Vinland Saga, Ajin: Demi-Human, dan Planetes, mengungkapkan pandangannya yang tentang political correctness. Kanai menegaskan bahwa dia tidak akan membiarkan pandangan ini mempengaruhi keputusan editorialnya.
Buat yang masih belum paham, political correctness itu konsep untuk menghindari bahasa atau tindakan yang dapat dianggap menyinggung atau mendiskriminasi kelompok tertentu. Dalam konteks budaya populer, termasuk manga, hal ini sering kali berarti menghindari konten yang bisa dianggap sensitif terkait ras, gender, agama, atau orientasi seksual. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati keragaman, namun beberapa orang berpendapat bahwa hal ini bisa membatasi kebebasan berekspresi dan kreativitas.
Selama wawancara dengan Manga Passion, Kanai menjelaskan bahwa meskipun dia mematuhi berbagai kode konten terkait kekerasan, ketelanjangan, dan penggambaran agama, pertimbangannya didasarkan pada standar umum konten, bukan pada sensitivitas internasional tertentu. "Cerita yang menarik akan dipahami, tidak peduli apakah kamu berasal dari belahan dunia manapun," ujar Kanai.
Kanai juga menekankan bahwa pengalaman dan emosi manusia bersifat universal. Menurutnya, menghentikan sebuah karya hanya karena dianggap terlalu Jepang tidak masuk akal. "Tidak ada perbedaan mendasar dalam hal apa yang dianggap penting oleh masyarakat, baik di Jepang, Jerman, China, atau Korea Selatan," tambahnya.
Kanai juga mempertanyakan gagasan untuk menciptakan konten yang seimbang antara daya tarik lokal dan global. Dia memberikan contoh manga 'Skip and Loafer', yang menceritakan tentang seorang gadis dari pedesaan Jepang yang pindah ke Tokyo untuk belajar. "Saya rasa tidak mungkin menciptakan karya yang berada tepat di tengah-tengah (memuaskan antara lokal dan global), dan karya seperti itu juga tidak akan menarik (punya ciri khas). Tapi lihat (manga ini), keresahan yang dialami tokoh utama pasti bisa dipahami oleh orang-orang di seluruh dunia," kata Kanai.
Walaupun Kanai menolak pengaruh political correctness, dia percaya bahwa pertukaran global sangat penting untuk media seperti manga. Namun, dia membantah anggapan bahwa dorongan Jepang untuk memperluas pasar manga ke luar negeri disebabkan oleh penurunan angka kelahiran di dalam negeri. "Saya percaya bahwa angka kelahiran – kecuali di Afrika dan India – juga menurun secara keseluruhan. Sangat memalukan untuk memperluas ke luar negeri hanya karena pasar domestik (di negara kami) menyusut," ungkapnya.
Dalam diskusi tentang globalisasi manga (mengenalkan manga pada dunia), Kanai juga membahas masalah pembajakan. Dia menyadari bahwa meskipun akan lebih baik jika penggemar tidak membaca versi bajakan, dia memahami betul bahwa beberapa penggemar mungkin tidak memiliki sarana finansial yang memadai untuk membeli atau mengakses versi resmi. "Tapi jika mereka tidak punya uang dan menemukan versi bajakan, saya rasa (versi bajakan) boleh untuk sekarang," ucapnya sambil bercanda bahwa para anggota dewan Kodansha mungkin akan "menghajarnya" karena mengatakan hal tersebut.
Kanai berharap bahwa komunitas manga akan terus tumbuh dengan semakin banyak orang yang bisa membaca dan menikmati manga, tidak peduli dari mana asal mereka atau agama apa yang mereka anut. "Pikiran bahwa penerbit Jepang akan semakin miskin jika tidak memperluas ke luar negeri adalah menyedihkan dan harus ditinggalkan. Sekarang, dengan teknologi digital, orang yang tinggal di luar negeri bisa dengan mudah membaca manga dari Jepang," ujarnya.
Sebagai editor-in-chief di Kodansha’s Monthly Afternoon magazine, Kanai memegang peran penting dalam industri manga. Karirnya dimulai di Kodansha pada tahun 1994 dan sebelum menjabat sebagai editor-in-chief, dia bekerja di departemen editorial majalah Morning dan Weekly Shonen Magazine. Dengan pengalaman dan pandangan uniknya, Kanai terus mempengaruhi dunia manga dengan pendekatan yang tegas dan tanpa kompromi.
menu lainnya ...
Komentar
Posting Komentar